0599. KITAB BERSUCI AL-UMM (3)

Oleh : Mentari Dalam Hujan


assalamu`alaikum

ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻄﻬﺎﺭﺓ ﻣﻦ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻵﻡ ﻟﻠﺸﺎﻓﻌﻲ ﺍﻹ ﺟﺘﻤﺎﻉﺍﻟﺜﺎﻟﺚ)
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲُّ ( ﺃﺧﺒﺮﻧﺎ ﺇﺑْﺮَﺍﻫِﻴﻢُ ﺑﻦ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﻋﻦ ﺻَﺪَﻗَﺔَﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﻋﻦ ﺃﺑﻲ ﺍﻟﺰُّﺑَﻴْﺮِ ﻋﻦ ﺟَﺎﺑِﺮِ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺃَﻥَّﻋُﻤَﺮَ ﻛﺎﻥ ﻳَﻜْﺮَﻩُ ﺍﻟِﺎﻏْﺘِﺴَﺎﻝَ ﺑِﺎﻟْﻤَﺎﺀِ ﺍﻟْﻤُﺸَﻤَّﺲِ ﻭﻗﺎﻝ ﺇﻧَّﻪُﻳُﻮﺭِﺙُ ﺍﻟْﺒَﺮَﺹَ +) ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲُّ ( ﺍﻟْﻤَﺎﺀُ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻄَّﻬَﺎﺭَﺓِ ﻭَﻟَﺎ ﻳُﻨَﺠَّﺲُ ﺇﻟَّﺎﺑِﻨَﺠَﺲٍ ﺧَﺎﻟَﻄَﻪُ ﻭَﺍﻟﺸَّﻤْﺲُ ﻭَﺍﻟﻨَّﺎﺭُ ﻟَﻴْﺴَﺎ ﺑِﻨَﺠَﺲٍ ﺇﻧَّﻤَﺎﺍﻟﻨَّﺠِﺲُ ﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﻡُ ﻓَﺄَﻣَّﺎ ﻣﺎ ﺍﻋْﺘَﺼَﺮَﻩُ ﺍﻟْﺂﺩَﻣِﻴُّﻮﻥَ ﻣﻦ ﻣَﺎﺀِﺷَﺠَﺮِ ﻭَﺭْﺩٍ ﺃﻭ ﻏَﻴْﺮِﻩِ ﻓَﻠَﺎ ﻳَﻜُﻮﻥُ ﻃَﻬُﻮﺭًﺍ ﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻣَﺎﺀُﺃَﺟْﺴَﺎﺩِ ﺫَﻭَﺍﺕِ ﺍﻟْﺄَﺭْﻭَﺍﺡِ ﻟَﺎ ﻳَﻜُﻮﻥُﻃَﻬُﻮﺭًﺍ ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﻟَﺎ ﻳَﻘَﻊُ ﻋﻠﻰ ﻭَﺍﺣِﺪٍ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﺳْﻢُ ﻣَﺎﺀٍ ﺇﻧَّﻤَﺎﻳُﻘَﺎﻝُ ﻟﻪ ﻣَﺎﺀٌ ﺑِﻤَﻌْﻨَﻰ ﻣَﺎﺀِ ﻭَﺭْﺩٍ ﻭَﻣَﺎﺀِ ﺷَﺠَﺮِ ﻛَﺬَﺍ ﻭَﻣَﺎﺀِﻣَﻔْﺼِﻞِ ﻛَﺬَﺍ ﻭَﺟَﺴَﺪِ ﻛَﺬَﺍﻭَﻛَﺬَﻟِﻚَ ﻟﻮ ﻧَﺤَﺮَ ﺟَﺰُﻭﺭًﺍ ﻭَﺃَﺧَﺬَ ﻛِﺮْﺷَﻬَﺎ ﻓَﺎﻋْﺘَﺼَﺮَ ﻣﻨﻪ ﻣَﺎﺀًﻟﻢ ﻳَﻜُﻦْ ﻃَﻬُﻮﺭًﺍ ﻟِﺄَﻥَّ ﻫﺬﺍ ﻟَﺎ ﻳَﻘَﻊُ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﺳْﻢُ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﺇﻟَّﺎﺑِﺎﻟْﺈِﺿَﺎﻓَﺔِ ﺇﻟَﻰ ﺷَﻲْﺀٍ ﻏَﻴْﺮِﻩِ ﻳُﻘَﺎﻝُ ﻣَﺎﺀُ ﻛِﺮْﺵٍ ﻭَﻣَﺎﺀُﻣَﻔْﺼِﻞٍ ﻛﻤﺎ ﻳُﻘَﺎﻝُ ﻣَﺎﺀُ ﻭَﺭْﺩٍ ﻭَﻣَﺎﺀُ ﺷَﺠَﺮِ ﻛَﺬَﺍ ﻭَﻛَﺬَﺍ ﻓَﻠَﺎﻳﺠﺰﺉ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻮَﺿَّﺄَ ﺑِﺸَﻲْﺀٍ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ .ﺍﻟﻤﺮﺟﻊ: ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻵﻡ ﺍﻟﺠﺰﺀ ﺍﻵﻭﻝ 42.

KITAB BERSUCI AL-UMM SYAFI'I (3)

Imam Syafi'i berkata:
Dari Ibrahim binMuhammad dari Sadaqah bin Abdullah dariAbiz-Zubair fin Abdullah bahwasanya Umar tidak suka mencuci dengan menggunakan air panas. Dia mengatakan air panas menyebabkan penyakit belang.Imam Syafi'i berkata: Air pada dasarnya suci dan tidak najis kecuali kecampuran najis.Sedangkan matahari dan api tidaklah najis.Yang najis itu hanyalah perkara yang diharamkan (untuk dimakan).
Adapun air yang diperas oleh manusia seperti air bunga mawar dan lainnya maka hukumnya tidak menyucikan. Begitu juga air yang berasal dari jasad hewan tidak menyucikan karena air-air yang disebut tidak ada nama air. Yang ada sebutan air mawar, air kayu, air ini dan air itu.Begitu juga tidak menyucikan apabila seseorang menyembelih unta kemudian mengambil babatnya dan memeras air darinya maka air itu tidak menyucikan (tidak bisa dibuat bersuci/berwudhu). Karena air ini tidak disebut air kecuali disandarkan pada sesuatu yang lain dengan disebut air babat dan air persendian (mashil) sebagaimana dikatakan airmawar, air pohon, dan seterusnya. Maka air semacam itu tidak sah dibuat wudhu.


ﺍﻟﻤﺎﺀ ﺍﻟﺬﻱ ﻳﻨﺠﺲ ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻻ ﻳﻨﺠﺲ)
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻲُّ ( ﺭَﺣِﻤَﻪُ ﺍﻟﻠَّﻪُ ﺍﻟْﻤَﺎﺀُ ﻣَﺎﺀَﺍﻥِ ﻣَﺎﺀٌ ﺟَﺎﺭٍﻭَﻣَﺎﺀٌ ﺭَﺍﻛِﺪٌ ﻓَﺄَﻣَّﺎ ﺍﻟْﻤَﺎﺀُ ﺍﻟْﺠَﺎﺭِﻱ ﻓﺈﺫﺍ ﻭَﻗَﻊَ ﻓﻴﻪ ﻣُﺤَﺮَّﻡٌ ﻣﻦﻣَﻴْﺘَﺔٍ ﺃﻭ ﺩَﻡٍ ﺃﻭ ﻏَﻴْﺮِ ﺫﻟﻚﻓَﺈِﻥْ ﻛﺎﻥ ﻓﻴﻪ ﻧَﺎﺣِﻴَﺔٌ ﻳَﻘِﻒُ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻟْﻤَﺎﺀُ ﻓَﺘِﻠْﻚَ ﺍﻟﻨَّﺎﺣِﻴَﺔُ ﻣﻨﻪﺧَﺎﺻَّﺔً ﻣَﺎﺀٌ ﺭَﺍﻛِﺪٌ ﻳَﻨْﺠُﺲُ ﺇﻥْ ﻛﺎﻥ ﻣَﻮْﺿِﻌُﻪُ ﺍﻟﺬﻱ ﻓﻴﻪﺍﻟْﻤَﻴْﺘَﺔُ ﻣﻨﻪ ﺃَﻗَﻞَّ ﻣﻦ ﺧَﻤْﺲِ ﻗِﺮَﺏٍ ﻧَﺠُﺲَ ﻭَﺇِﻥْ ﻛﺎﻥ ﺃَﻛْﺜَﺮَﻣﻦ ﺧَﻤْﺲِ ﻗِﺮَﺏٍ ﻟﻢ ﻳَﻨْﺠُﺲْ ﺇﻟَّﺎ ﺃَﻥْ ﻳَﺘَﻐَﻴَّﺮَ ﻃَﻌْﻤُﻪُ ﺃﻭ ﻟَﻮْﻧُﻪُﺃﻭ ﺭِﻳﺤُﻪُﻓَﺈِﻥْ ﻛﺎﻥ ﺟَﺎﺭِﻳًﺎ ﻟَﺎ ﻳَﻘِﻒُ ﻣﻨﻪ ﺷَﻲْﺀٌ ﻓﺈﺫﺍ ﻣَﺮَّﺕْ ﺍﻟْﺠِﻴﻔَﺔُ ﺃﻭﻣﺎ ﺧَﺎﻟَﻄَﻪُ ﻓﻲ ﺍﻟْﺠَﺎﺭِﻱ ﺗَﻮَﺿَّﺄَ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﺘْﺒَﻊُ ﻣَﻮْﺿِﻊَ ﺍﻟْﺠِﻴﻔَﺔِﻣﻦ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻟِﺄَﻥَّ ﻣﺎ ﻳَﺘْﺒَﻊُ ﻣَﻮْﺿِﻌَﻬَﺎ ﻣﻦ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﻏَﻴْﺮُ ﻣَﻮْﺿِﻌِﻬَﺎﻣﻨﻪ ﻟِﺄَﻧَّﻪُ ﻟﻢ ﻳُﺨَﺎﻟِﻄْﻪُ ﻧَﺠَﺎﺳَﺔٌﻭَﺇِﻥْ ﻛﺎﻥ ﺍﻟْﻤَﺎﺀُ ﺍﻟْﺠَﺎﺭِﻱ ﻗَﻠِﻴﻠًﺎ ﻓﻴﻪ ﺟِﻴﻔَﺔٌ ﻓَﺘَﻮَﺿَّﺄَ ﺭَﺟُﻞٌﻣِﻤَّﺎ ﺣَﻮْﻝَ ﺍﻟْﺠِﻴﻔَﺔِ ﻟﻢ ﻳُﺠْﺰِﻩِ ﺇﺫَﺍ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﺣَﻮْﻟَﻬَﺎ ﺃَﻗَﻞُّ ﻣﻦﺧَﻤْﺲِ ﻗِﺮَﺏٍ ﻛَﺎﻟْﻤَﺎﺀِ ﺍﻟﺮَّﺍﻛِﺪِ ﻭَﻳَﺘَﻮَﺿَّﺄُ ﺑِﻤَﺎ ﺑَﻌْﺪَﻩُ ﻟِﺄَﻥَّﻣَﻌْﻘُﻮﻟًﺎ ﻓﻲ ﺍﻟْﻤَﺎﺀِ ﺍﻟْﺠَﺎﺭِﻱ ﺃَﻥَّ ﻛُﻞَّ ﻣﺎ ﻣَﻀَﻰ ﻣﻨﻪ ﻏَﻴْﺮُ ﻣﺎﺣَﺪَﺙَ ﻭَﺃَﻧَّﻪُ ﻟﻴﺲ ﻭَﺍﺣِﺪًﺍ ﻳَﺨْﺘَﻠِﻂُ ﺑَﻌْﻀُﻪُ ﺑِﺒَﻌْﺾٍ ﻓﺈﺫﺍ ﻛﺎﻥﺍﻟْﻤُﺤَﺮَّﻡُ ﻓﻲ ﻣَﻮْﺿِﻊٍ ﻣﻨﻪ ﻳَﺤْﺘَﻤِﻞُ ﺍﻟﻨَّﺠَﺎﺳَﺔَ ﻧَﺠُﺲَ

==============
Air Najis dan Air Suci (4)

Imam Shafi'i berkata: Air terbagi menjadi dua.Air mengalir dan air diam. Adapun air mengalir apabila kejatuhan perkara haram (najis) seperti bangkai, darah, dan lain-lain maka dirinci sebagai berikut:

a) Apabila dalam air yang mengalir itu terdapat cekungan tempat berdiamnya air--di mana cekungan itu menjadi bagian darinya--maka air yang diam di dalamnya statusnya najis apabila air di tempat cekungan itu kurang dari dua kullah; apabila mencapai 2 kullah atau lebih maka tidak najis kecuali apabila berubah rasa,warna dan baunya.

b) Apabila dalam air yang mengalir itu tidak terdapat cekungan tempat berdiamnya air,maka apabila ada bangkai lewat atau hal najis yang mencampuri air, maka boleh berwudhu dengan air yang berada di belakang bangkai tersebut. Karena air yang mengalir yang berada di belakang bangkai tidak sama dengan yang didepannya.[1] Jadi, tidak tercampur najis.

c) Apabila air yang mengalir itu sedikit dan mengandung bangkai kemudian air di sekitar bangkai tersebut dibuat wudhu, maka hukumnya tidak sah apabila kurang dari 2 qullah karena hukumnya sama dengan air diam. Dan boleh berwudhu pada air yang berada di belakangnya. Karena pengertian dari air mengalir adalah bahwa setiap sesuatu yang sudah lewat itu tidak sama dengan aliran air yang baru. Dan bahwasanya air mengalir tidaklah menyatu yang bercampur satu dengan yang lain. Apabila perkara haram (najis) itu berada di tempat air yang berkemungkinan najis[2], maka hukum air juga najis.

CATATAN:
[1] Misalnya, kalau air mengalir ke arah utara,maka yang dimaksud "di belakang bangkai"adalah sebelah selatannya. Sedang "di depan bangkai" adalah sebelah utaranya bangkai.
[2] Artinya air yang kurang 2 qullah.


LINK ASAL :
https://www.facebook.com/groups/kiss.donk/permalink/630138757023882/

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © KAJIAN ISLAM SEPUTAR SEKS - DONK 2014-2015
Ikuti Kami di Facebook & Fans Page